Jumat, April 24, 2009
Buku-buku Pilihan untuk Memahami Kitab Mazmur
Marie Claire Barth dan B.A. Pareira
Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 1-72
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999
Marie Claire Barth dan B.A. Pareira
Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.)
Tafsir Alkitab Perjanjian Lama
Yogyakarta: Kanisius, 2004
C. Groenen, OFM
Pengantar ke dalam Perjanjian Lama
Yogyakarta: Kanisius, 1992
Martin Harun, OFM
Berdoa Bersama Umat Tuhan: Berguru pada Kitab Mazmur
Yogyakarta: Kanisius, 1998
I. Suharyo, Pr
Memahami serta Menghayati Mazmur dan Kidung
Yogyakarta: Kanisius, 1989
Kamis, April 16, 2009
Introduksi
Pada mulanya ada Firman. Sanak saudara, handai taulan, dan semua sahabat memanggilnya Mas Firman. Memang, dia itu orang Jawa, sehingga untuk memanggilnya titel “Mas” perlu disertakan di depan namanya, semata-mata agar terdengar sopan dan santun di telinga orang. Dengar-dengar sejumlah orang menyebut (atau menyindir?) Mas Firman sebagai orang saleh. Rupanya itu karena mereka melihatnya rajin sekali pergi ke gereja.
Bukan main girangnya Mas Firman diberi gelar orang saleh. Ia berkata, “Saya akui, hampir tiap pagi saya ke gereja untuk mengikuti misa harian. Kalau itu membuat saya masuk kategori orang saleh, syukurlah.”
Untuk menunjukkan kualitas dirinya sebagai pribadi yang rendah hati, ia lalu melanjutkan, “Tapi terus terang, saya tidak merasa demikian. Soalnya, saya punya banyak dosa dan tidak pintar berdoa. Saya juga jarang membaca Kitab Suci. Maklumlah, yang saya pegang tiap hari bukan Alkitab, tapi Puji Syukur...”
Bukan main girangnya Mas Firman diberi gelar orang saleh. Ia berkata, “Saya akui, hampir tiap pagi saya ke gereja untuk mengikuti misa harian. Kalau itu membuat saya masuk kategori orang saleh, syukurlah.”
Untuk menunjukkan kualitas dirinya sebagai pribadi yang rendah hati, ia lalu melanjutkan, “Tapi terus terang, saya tidak merasa demikian. Soalnya, saya punya banyak dosa dan tidak pintar berdoa. Saya juga jarang membaca Kitab Suci. Maklumlah, yang saya pegang tiap hari bukan Alkitab, tapi Puji Syukur...”
Mendengar itu, buru-buru kami memberi peneguhan padanya, “La, itu tandanya kamu orang Katolik yang baik!” ***
Langganan:
Postingan (Atom)